Hiruk pikuk kehidupan sering menjadikan manusia lupa akan jati dirinya. Sehingga manusia melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sepatutnya dikerjakan karena merugikan dirinya dan orang lain. Disinilah perlunya pedoman atau panduan kehidupan yang dapat mengarahkannya.
Pedoman kehidupan manusia bisa berasal dari banyak sumber. Bisa dari ajaran agama yang dianut, kebiasaan atau tradisi yang turun temurun, dan nasihat atau petuah dari nenek moyang.
Selaku umat beragama, tentunya ajaran agama adalah pedoman utama dalam hidup. Bagi seorang muslim sudah pasti menjadikan al-quran dan al-hadits sebagai pedoman hidup, sebab keduanya bersumber dari Allah swt dan rasulullah saw.Namun, seorang muslim dan penganut agama lainnya juga harus memperhatikan nilai-nilai kebaikan yang ada di masyarakat. Inilah yang disebut dengan tradisi dan kearifan lokal. Tatanan nilai dan norma sosial yang sudah ada secara turun temurun dari nenek moyang juga menjadi rujukan perilaku hidup masyarakat.
Dalam batas-batas tertentu, tradisi dan kearifan lokal ini harus dipertahankan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Batasannya adalah sejauh tidak bertentangan dengan ajaran agama yang dianut, maka tradisi dan kearifan lokal perlu diterapkan dalam kehidupan.
Hidup di masyarakat Sunda, tepatnya Bandung, sudah saya jalani hampir tiga puluh tahun. Dan Allah menakdirkan saya menikah dengan orang Sunda. Banyak tradisi dan kebiasaan yang dirasakan. Mulai dari kebiasaan makan, cara bicara, bahasa, sampai hal-hal detailpun sudah saya rasakan.
Diantara kearifan lokal dalam tradisi masyarakat Sunda yang saya ingat adalah petuah leluhur yang berbunyi; "HIRUP KUDU HADE HATE HADE GAWE JEUNG HADE PAKE."
Hade hate artinya baik hati, hade gawe artinya baik kerjanya dan hade pake berarti bisa menempatkan diri dengan baik.
|1| Hade Hate |
Petuah ini mengajarkan pada kita gar dalam hidup harus hade hate, artinya hatinya bersih dari berbagai prasangka buruk terhadap orang lain. Tulus dan ikhlas dalam berbuat. Konsep ini sejalan dengan ajaran Islam yang menyuruh umatnya agar memiliki hati yang tulus ikhlas sebagai dasar ia dalam berbuat dan berkarya.
Jika hati seseorang baik, maka akan berdampak pada perbuatan yang baik pula, begitu pula sebaliknya, jika hatinya kotor, maka apapun yang ia lihat dan lakukan akan buruk pula.
Semuanya berawal dari hati. Ibarat kata, hati adalah software dan anggota tubuh lainnya adalah hardware-nya.
Petuah hade hate ini sangat relevan untuk dibahas kembali saat ini dalam dunia yang makin maju.
Orang saat ini kecenderungannya adalah curiga dan buruk sangka terhadap orang lain. Merasa diri paling benar dan orang lain selalu salah dan harus mengikuti kehendaknya. Ditambah lagi dengan dunia informasi digital dan media sosial yang sangat masif menjadikan orang begitu bebas komentar dan menilai orang lain.
Semua orang posting segala hal aktifitasnya di media sosial. Dan semua orang pula bebas menilai dan mengomentari. Seolah tanpa sekat dan batasan status sosial ekonomi dan budaya.
Pokoknya bebas sebebasnya. Hal ini kemudian melahirkan masalah baru, yaitu menggunjing dan membicarakan aib dan kesalahan orang lain. Dan akhirnya melahirkan sikap hati yang buruk atau goreng hate yang merupakan lawan dari hade hate.
| 2| Hade Gawe |
Pelajaran kedua adalah hade gawe. Artinya ia memiliki semangat kerja yang tinggi. Punya motivasi untuk berbuat yang terbaik. Ketelitian kerja selalu diperhatikan sehingga menghasilkan karya yang baik dan bermanfaat. Dengan kata lain ia profesional dalam bekerja sehingga menghasilkan karya terbaik, tidak asal-asalan dalam berbuat.
Orang yang baik ditunjukan dengan hasil kerja yang optimal, hal ini dikarenakan ia mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Dalam istilah agama Islam dikenal dengan ikhtiar yang maksimal.
Memang, tugas manusia di dunia ini adalah berikhtiar. Menggunakan segala daya yang telah Allah berikan untuk menghasilkan sebuah kebaikan. Namun, orang beriman tetap meyakini bahwa hasil ikhtiarnya tetap ditentukan oleh Allah SWT. tuhan Yang Maha Besar. Jadi, hade gawe menjadi spirit seseorang dalam berbuat dan berkarya.
|3| Hade Pake |
Pelajaran ketiga Adalah hade pake. Artinya adalah kemampuan seseorang untuk melakukan yang terbaik dalam setiap situasi dan kondisi. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Baik lingkungan fisik ataupun lingkungan pergaulan.
Jika orang sudah bisa hade pake, maka orang lain akan suka bersamanya. Ia supel dan fleksibel dalam bergaul. Ungkapan Melayu mengatakan "dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung." Dimanapun ia berada ia tetap berbuat yang terbaik.
Fleksibilitas seseorang adalah kunci kesuksesannya. Dengan latar belakang sosial budaya yang bermacam-macam menyebabkan setiap orang memiliki karakter dan kepribadian yang berbeda. Disinilah urgensi hade pake, semakin mampu adaptasi dengan lingkungan sosial, maka ia semakin berpeluang meraih kesuksesan hidup. Dan sebaliknya, semakin ia kaku terhadap lingkungan sosialnya, semakin sulit meraih kesuksesan dalam hidup.
Uraian diatas hanyalah interpretasi personal. Mohon maaf jika keliru atau kurang tepat penjelasannya. Poinnya adalah, saya ingin mengekspresikan kecintaan terhadap tradisi dan budaya Sunda yang telah membimbing saya dalam kurun waktu sekitar tiga puluh tahun belakangan.
Semoga petuah leluhur ini mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Mugi urang tiasa hirup anu hade hate, hade gawe jeung hade pake
# catatan abwah
Terima kasih
BalasHapus