Nelayan ke laut mencari ikan
Ikan dijual ke pasar Kosambi
Akhlak yang baik bisa dilakukan
Dengan meneladani kebiasaan para nabi
Jika ingin diakui sebagai umat Muhammad saw kelak di akhirat, maka kita harus berusaha meneladani perilaku kehidupannya. Beliau diutus ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Masyarakat Arab saat kedatangan Nabi Muhammad saw dalam keadaan jahiliyah. Kejahiliyah-an atau kebodohan dalam akidah dan tata sosial kemasyarakatan.
Kemaksiatan meraja lela. Perzinahan, perjudian, ekonomi riba dan berbagai perilaku negatif lainnya sudah menjadi kebiasaan dan tradisi kaum Quraisy.
Saat Muhammad datang membawa nilai-nilai kesolihan dan kebenaran, maka sudah pasti mayoritas masyarakat Mekah menolak dan menentangnya. Namun dengan kekuatan akhlak mulia yang ada pada diri Nabi Muhammad, syari'at Islam berhasil merubah kejahiliyahan menjadi kemuliaan budi pekerti dalam naungan cahaya Ilahi.
Jadi kuncinya adalah akhlakul karimah.
Sehingga pantas ketika rasul bersabda; innama bu'itstu li uttamimma makarimal akhlaq. "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."
Dalam kehidupan nyata, akhlak mulia harus menjadi parameter perilaku kehidupan. Dalam rasa'il Imam Junaid dikatakan bahwa untuk berakhlak mulia kita harus meniru akhlak para nabi:
| 1. Nabi Ibrahim |
Dari Nabi Ibrahim as kita harus meneladani sifat murah hati dan mudah membantu orang lain. Konon Nabi Ibrahim tidak pernah makan malam sendirian. Artinya beliau sangat peduli dengan orang lain.
| 2. Nabi Ismail as|
Dari Nabi Ismail as kita belajar tentang ridho terhadap segala takdir Allah. Apapun ketentuan Allah beliau terima dengan ridho.
Bahkan ketika Allah menyuruh Ibrahim as untuk menyembelih dirinya, tanpa pikir panjang Nabi Ismail as langsung menerima dan siap melaksanakannya.
| 3. Nabi Ayub as |
Dari Nabi Ayub kita belajar sabar dalam menerima segala ujian dan cobaan Allah. Nabi Ayub yang tadinya orang kaya raya dan terpandang, diuji oleh Allah berupa penyakit kulit yang menjijikan sehingga ditinggalkan oleh orang-orang di sekitarnya.
Namun Nabi Ayub as sabar menghadapi ujian ini sampai akhirnya Allah mengembalikannya ke keadaan sehat kembali.
| 4. Nabi Musa as |
Dari Nabi Musa as kita belajar sederhana dalam hidup walau memiliki kemampuan. Nabi Musa yang merupakan anak angkat seorang raja, Fir'aun, namun beliau tetap sederhana dalam kehidupannya.
Ini ditunjukan dalam simbol pakaian wol yang dikenakan Nabi Musa. Saat itu wol merupakan pakaian yang dipakai oleh rakyat jelata. Namun, dengan sifat sederhananya, Nabi Musa mau mengenakannya.
| 5. Nabi Isa as |
Dari Nabi Isa kita belajar rihlah, artinya perjalanan mengamati kekuasaan Allah sehingga memiliki wawasan luas.
Ikan dijual ke pasar Kosambi
Akhlak yang baik bisa dilakukan
Dengan meneladani kebiasaan para nabi
Jika ingin diakui sebagai umat Muhammad saw kelak di akhirat, maka kita harus berusaha meneladani perilaku kehidupannya. Beliau diutus ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.
Masyarakat Arab saat kedatangan Nabi Muhammad saw dalam keadaan jahiliyah. Kejahiliyah-an atau kebodohan dalam akidah dan tata sosial kemasyarakatan.
Kemaksiatan meraja lela. Perzinahan, perjudian, ekonomi riba dan berbagai perilaku negatif lainnya sudah menjadi kebiasaan dan tradisi kaum Quraisy.
Saat Muhammad datang membawa nilai-nilai kesolihan dan kebenaran, maka sudah pasti mayoritas masyarakat Mekah menolak dan menentangnya. Namun dengan kekuatan akhlak mulia yang ada pada diri Nabi Muhammad, syari'at Islam berhasil merubah kejahiliyahan menjadi kemuliaan budi pekerti dalam naungan cahaya Ilahi.
Jadi kuncinya adalah akhlakul karimah.
Sehingga pantas ketika rasul bersabda; innama bu'itstu li uttamimma makarimal akhlaq. "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."
Dalam kehidupan nyata, akhlak mulia harus menjadi parameter perilaku kehidupan. Dalam rasa'il Imam Junaid dikatakan bahwa untuk berakhlak mulia kita harus meniru akhlak para nabi:
| 1. Nabi Ibrahim |
Dari Nabi Ibrahim as kita harus meneladani sifat murah hati dan mudah membantu orang lain. Konon Nabi Ibrahim tidak pernah makan malam sendirian. Artinya beliau sangat peduli dengan orang lain.
| 2. Nabi Ismail as|
Dari Nabi Ismail as kita belajar tentang ridho terhadap segala takdir Allah. Apapun ketentuan Allah beliau terima dengan ridho.
Bahkan ketika Allah menyuruh Ibrahim as untuk menyembelih dirinya, tanpa pikir panjang Nabi Ismail as langsung menerima dan siap melaksanakannya.
| 3. Nabi Ayub as |
Dari Nabi Ayub kita belajar sabar dalam menerima segala ujian dan cobaan Allah. Nabi Ayub yang tadinya orang kaya raya dan terpandang, diuji oleh Allah berupa penyakit kulit yang menjijikan sehingga ditinggalkan oleh orang-orang di sekitarnya.
Namun Nabi Ayub as sabar menghadapi ujian ini sampai akhirnya Allah mengembalikannya ke keadaan sehat kembali.
| 4. Nabi Musa as |
Dari Nabi Musa as kita belajar sederhana dalam hidup walau memiliki kemampuan. Nabi Musa yang merupakan anak angkat seorang raja, Fir'aun, namun beliau tetap sederhana dalam kehidupannya.
Ini ditunjukan dalam simbol pakaian wol yang dikenakan Nabi Musa. Saat itu wol merupakan pakaian yang dipakai oleh rakyat jelata. Namun, dengan sifat sederhananya, Nabi Musa mau mengenakannya.
| 5. Nabi Isa as |
Dari Nabi Isa kita belajar rihlah, artinya perjalanan mengamati kekuasaan Allah sehingga memiliki wawasan luas.
Dengan mengetahui banyak tempat, maka ia akan memiliki pengetahuan yang banyak tentang orang lain sehingga menjadikannya makin bijak.
Pelajarannya adalah kita harus luas pandangan dan kaya akan wawasan keilmuan. Jika ini terjadi, maka ia tidak akan mudah kagetan saat melihat perbedaan.
| 6. Nabi Muhammad saw |
Dari Nabi Muhammad saw kita belajar rendah hati. Walau memiliki keunggulan dan keistimewaan, namun Beliau tetap rendah hati dan tidak pernah sombong.
Kerendah hatian Nabi Muhammad diantaranya nampak saat Beliau disakiti oleh Kaum Thaif. Jika saat itu Beliau menghendaki, maka gunung Uhud bisa aja ditumpahkan kepada Kaum Thaif. Dengan rendah hati justru Beliau mendoakan agar Allah memberikan hidayah kepada Kaum Thaif.
| 7. Nabi Yahya as |
Dari Nabi Yahya kita meneladani tentang uzlah, menjaga jarak dengan dunia. Agar seorang muslim tidak jatuh cinta pada dunia. Bijak dalam menyikapi dunia.
Dengan uzlah, seorang muslim akan lebih mencintai Allah swt dibanding dunia dan berbagai gemerlapnya.
| 8. Nabi Zakaria |
Dari Nabi Zakaria kita belajar tentang komunikasi dengan bahasa isyarat. Ini bermakna bahwa seorang muslim pandai menempatkan diri dalam suasana tertentu dengan orang lain.
Mampu berbicara dengan baik dengan cara memperhatikan siapa lawan bicaranya.
| 6. Nabi Muhammad saw |
Dari Nabi Muhammad saw kita belajar rendah hati. Walau memiliki keunggulan dan keistimewaan, namun Beliau tetap rendah hati dan tidak pernah sombong.
Kerendah hatian Nabi Muhammad diantaranya nampak saat Beliau disakiti oleh Kaum Thaif. Jika saat itu Beliau menghendaki, maka gunung Uhud bisa aja ditumpahkan kepada Kaum Thaif. Dengan rendah hati justru Beliau mendoakan agar Allah memberikan hidayah kepada Kaum Thaif.
| 7. Nabi Yahya as |
Dari Nabi Yahya kita meneladani tentang uzlah, menjaga jarak dengan dunia. Agar seorang muslim tidak jatuh cinta pada dunia. Bijak dalam menyikapi dunia.
Dengan uzlah, seorang muslim akan lebih mencintai Allah swt dibanding dunia dan berbagai gemerlapnya.
| 8. Nabi Zakaria |
Dari Nabi Zakaria kita belajar tentang komunikasi dengan bahasa isyarat. Ini bermakna bahwa seorang muslim pandai menempatkan diri dalam suasana tertentu dengan orang lain.
Mampu berbicara dengan baik dengan cara memperhatikan siapa lawan bicaranya.
Jual ikan ke pasar Kosambi
Perginya lewat jalan layang
Dengan meneladani akhlak para nabi
Hidup akan terasa lebih tenang
Nuhun
BalasHapus