Setelah sekitar dua tahun pandemi covid-19 melanda, _alhamdulillah_ pembelajaran di sekolah sudah kembali tatap muka atau luring (luar jaringan).
Dua tahun belakangan, yang sering disebut adalah pembelajaran daring (dalam jaringan).
Maksud daring adalah proses pembelajaran yang menggunakan jaringan internet. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran daring ini menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran.
Minggu pertama tahun pembelajaran baru, pagi hari jalanan begitu padat. Macet luar biasa. Sepanjang jalan yang saya lalui, jalur Cinunuk Cibiru Soekarno Hatta Bandung padat sekali.
Ribuan motor dan mobil mengular dan memadati seluruh area jalan. Tidak ada ruang untuk "bergerak" bagi pengguna jalan untuk melaju.
Kepadatan ini bahkan sudah dirasakan sejak dari jalan komplek tempat tinggal saya, Griya Mitra Cinunuk.
SDIT Al-Amanah Cinunuk adalah titik pertama yang menjadi tujuan. Anak saya yang kecil, Amira, masih sekolah di sana, saat ini kelas 6 . Perjalanan dilanjut ke kawasan Babakansari Kiaracondong.
Diantara keramaian jalan yang saya lalui, sesekali saya lihat anak-anak berseragam sekolah membawa balon. Baru ingat, minggu pertama tahun ajaran baru agendanya adalah PLS (Pengenalan Lingkungan Sekolah), sebelumnya bernama MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah). Tahun-tahun sebelumnya dikenal dengan MOS (Masa Orientasi Siswa). Perubahan istilah yang sebenarnya tidak esensial.
Selain balon, aksesoris yang sering nampak saat PLS adalah pita warna warni, tutup kepala dari kertas karton dan papan nama kertas yang diikat tali rapia untuk digantungkan di leher. Di karton yang digantung di leher tertulis nama, sekolah asal dan kelompok siswa baru.
Beberapa dekade sebelum sekarang, masa orientasi ini menjadi masa yang cukup menegangkan dan menakutkan bagi siswa baru. Tidak jarang terjadi perpeloncoan. Hukuman-hukuman yang bersifat fisik, kekerasan verbal dan non verbal sudah dianggap biasa. Tugas-tugas berat dan aneh sering menjadi beban siswa baru sekaligus orang tua mereka. Momen ini acapkali dijadikan sarana menampilkan dominasi senior terhadap yuniornya. Menjadi ajang balas dendam senior karena dulu dia diperlakukan seperti itu oleh kakak kelasnya.
Seiring dengan perubahan kebijakan dari pusat dan atas dasar masukan-masukan dari berbagai pihak, maka masa orientasi atau pengenalan lingkungan sekolah sekarang semakin _soft_ dan lebih menekankan pada hal-hal akademik.
Sejatinya, PLS ini dimaksudkan untuk mengenalkan siswa baru dengan lingkungan sekolah baru mereka. Lingkungan fisik ataupun non fisik. Mereka dikenalkan dengan guru-guru baru, teman-teman baru, pola pembelajaran baru dan tentunya kurikulum baru, Kurikulum Merdeka.
PLS adalah masa krusial bagi anak-anak kita dalam mengawali langkah mereka di jenjang pendidikan yang baru. Adaptasi dari jenjang pendidikan yang sebelumnya ke jenjang yang lebih tinggi. Dari SD ke SMP. Dari SMP ke SMA/SMK.
Secara psikis, dalam diri siswa baru tentu ada rasa ragu, khawatir, takut dan lainnya ketika memasuki lingkungan yang baru.
Di sinilah urgensi PLS, harus mampu menjawab rasa ragu, khawatir dan takut yang ada pada diri siswa baru. PLS harus bisa meyakinkan mereka atas pilihan sekolah yang telah dipilih. Memberikan rasa aman dalam mempersiapkan diri untuk momen-momen selama mereka sekolah. Dan pastinya harus membekali mental mereka dengan sikap spiritual, sosial akademik yang baik agar mereka siap menghadapi dinamika proses pembelajaran yang akan mereka lalui selama tiga tahun ke depan.
Tidak mudah memang, tugas berat bagi panitia, baik siswa senior maupun para guru untuk mewujudkan idealitas PLS tersebut.
Selamat menjadi siswa baru. Masa depanmu ditentukan oleh kesungguhanmu berperilaku.
Terima kasih Bu Tisu, seksi konsumsi PLS SMAN 16 Bandung, snackbox-nya menemani saya membuat catatan ini.
Bandung, Selasa 19 Juli 2022
Catatan ABWAH
Komentar
Posting Komentar