Menemukan momen kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga saat ini menjadi hal yang sulit. Dan semakin sulit ketika anak-anak sudah pada besar.
Anak-anak sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Mulai dari kegiatan sekolah atau kuliah, mengerjakan tugas, kerja kelompok, main dengan teman dan yang lebih sering adalah sibuk dengan gadget masing-masing. Inilah fenomena kekinian, anak zaman now, yang perlu perhatian kita semua para orang tua.
Keharmonisan adalah cita-cita setiap suami isteri, ayah dan ibu, orang tua dan anak. Impian seluruh keluarga. Semua pasti memimpikan kondisi keluarga yang bahagia dan leluarga yang harmonis.
Ada beberapa aspek keharmonisan keluarga, yaitu, kasih sayang antar anggota keluarga, saling pengertian, komunikasi efektif di dalam keluarga, kerjasama dalam keluarga, kesejahteraan material dan spritual, dan minimnya konflik dalam keluarga. Indah sekali rasanya jika aspek-aspek tersebut sudah diraih dalam sebuah keluarga.
Bagi keluarga muslim, sakinah mawadah dan rohmah adalah idealitas rumah tangga yang diimpikan. Sakinah yang berarti ketenangan. Mawadah yang bermakna rasa cinta dan rohmah yang mengandung arti kasih sayang.
Ini seiring sejalan dengan aspek-aspek keharmonisan diatas. Untuk bisa sampai pada kondisi dan situasi harmonis, tentu harus diperjuangkan oleh semua anggota keluarga.
Diantara upaya mewujudkan keharmonisan dalam keluarga adalah dengan cara intentsitas dan frekuensi komunikasi yang sering antar anggota keluarga. Adanya family time (waktu untuk berinteraksi dengan anggota keluarga) yang baik.
Jadi, kuncinya adalah komunikasi. Komunikasi adalah saling berbagi cerita, saling curhat, saling mengingatkan, sehingga tercipta rasa saling percaya. Jika ini terjadi, maka seperti apapun goncangan, ujian dan persoalan rumah tangga yang dihadapi akan terselesaikan dengan baik.
Sering kita mendengar konflik-konflik terjadi dalam kehidupan rumah tangga seseorang. Perceraian, anak-anak yang nakal, broken home, dan persoalan ekonomi keluarga.
Satu hal yang sering jadi penyebab segala macam konflik dan persoalan rumah tangga adalah egoisme. Suami merasa dirinya lebih berhak mengatur, karena merasa mencari nafkah dan memberi materi. Isteri merasa lebih, karena merasa berjasa mengurus rumah tangga. Begitupun anak, merasa menjadi pihak yang harus dipenuhi segala keinginannya.
Semuanya berargumen, berdalil mengaku paling hebat dan berjasa. Yakinlah , jika ini terjadi, maka, keharmonisan akan semakin jauh dan hanya menjadi angan-angan saja. Jauh panggang dari api, demikian peribahasa mengatakan.
Saling mengendorkan ego masing-masing, terutama orang tua adalah solusinya. Dibuka ruang komunikasi antara orang tua dan anak. Suami dengan isteri. Dan selanjutnya adalah perbanyak family time agar komunikasi semakin intens dan baik.
Atas dasar itulah, kehadiran di konser D'Masiv di Lanud Sulaiman kemarin dilakukan. Mumpung gratis. Family time (waktu untuk berinteraksi dengan keluarga) yang jadi motivasinya
Bandung 31 Juli 2022
# catatan abwah
Bersama keluarga meraih bahagia
BalasHapusKeluarga adalah pondasi ..
Hapus