Dikisahkan bahwa tiba-tiba Imam Ahmad Bin Hambal dalam hatinya muncul keinginan untuk pergi ke Basrah. Padahal sebelumnya tidak ada sedikitpun rencana bepergian dan aktifitas dakwah di sana. Saat itu Imam Ahmad tinggal di Baghdad, dan jarak Basrah dari Baghdad itu lebih dari 500 km.
Akhirnya Beliau menuruti kata hatinya untuk pergi ke Basrah. Sesampainya di Basrah, karena waktu sudah malam, Imam Ahmad Bin Hambal istirahat di sebuah masjid untuk menunaikan sholat dan istirahat.
Selesai sholat, Beliau hendak rebahan sebentar dan tiduran. Suasana ketika itu memang sudah malam, sehingga Beliau memutuskan untuk tidur di masjid tersebut. Belum sampai terpejam matanya, tiba-tiba terdengar suara hardikan seorang laki-laki yang menyuruh bangun dan mengusir keluar. Sang Imampun bergeser ke teras masjid dengan harapan di teras masjid tidak akan diusir oleh sang marbot masjid.
Namun laki-laki penjaga masjid terus mengusir dan menyuruh pergi Imam Ahmad. Dengan penuh sabar dan santun akhirnya Sang Imam bersiap-siap untuk meninggalkan masjid sambil belum tahu akan tidur dimana malam itu.
Saat keluar dari gerbang masjid, Imam Ahmad kemudian dihampiri seorang laki-laki setengah baya yang sehari-hari berjualan roti dekat masjid.
Sang penjual roti berkata; "Saya tadi mendengar Engkau diusir dari masjid itu."
Imam Ahmad; "Benar."
Penjual roti; "Jika Engkau berkenan, tidur dan istirahatlah di rumahku yang tidak terlalu jauh dari sini."
Imam Ahmad menerima tawaran dari tukang roti tersebut. Mereka berdua berjalan menuju rumah tukang roti. Sepanjang jalan Imam Ahmad merasa bersyukur atas pertolongan Allah melalui tukang roti tersebut.
Ada satu hal yang menjadi perhatian Imam Ahmad terhadap laki-laki tukang roti tersebut, yaitu kebiasaannya mengucapkan istighfar dalam setiap keadaan dan kesempatan. Mulai dari saat masih di masjid, ketika sambil berjalan bahkan sampai di rumah saat ia menyiapkan perlengkapan dan bahan untuk membuat rotipun selalu beristighfar.
Imam Ahmad merasa penasaran dan terjadi dialog diantara mereka berdua.
Imam Ahmad; "Wahai saudaraku, Aku perhatikan Engkau begitu istiqomah dalam beristighfar.. Apakah gerangan yang telah Allah swt. berikan kepadamu?"
Tukang roti; "Allah telah memberikan segalanya kepada saya dan keluarga. Semua kebutuhanku dan keluargaku telah tercukupi."
Tukang roti melanjutkan, "Namun ada satu doa yang belum dikabulkan Allah swt."
Imam Ahmad; "Permintaan apakah yang belum Allah kabulkan kepadamu?"
Tukang roti; "Dalam setiap doaku, aku selalu mohon agar bisa dipertemukan dengan Imam Ahmad Bin Hambal. Itu doa yang belum Allah kabulkan."
Imam Ahmad; "Hari ini Allah kabulkan doamu untuk bertemu dengan Imam Ahmad Bin Hambal. Akulah Imam Ahmad yang Engkau rindukan."
Mendengar jawaban Sang Imam, lai-laki tukang roti itu seolah tak percaya. Ia tatap wajah Sang Imam dengan tatapan seolah tidak percays.
Imam Ahmad; "Permintaan apakah yang belum Allah kabulkan kepadamu?"
Tukang roti; "Dalam setiap doaku, aku selalu mohon agar bisa dipertemukan dengan Imam Ahmad Bin Hambal. Itu doa yang belum Allah kabulkan."
Imam Ahmad; "Hari ini Allah kabulkan doamu untuk bertemu dengan Imam Ahmad Bin Hambal. Akulah Imam Ahmad yang Engkau rindukan."
Mendengar jawaban Sang Imam, lai-laki tukang roti itu seolah tak percaya. Ia tatap wajah Sang Imam dengan tatapan seolah tidak percays.
Sambil menangis bahagia ia peluk tubuh Imam Ahmad Bin Hambal, idola yang selama ini sangat dirindukannya.
Imam Ahmad kemudian berkata, "Ternyata kekuatan istighfarmu mampu menggerakanku untuk pergi ke kota ini."
Dari kisah diatas, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil. Pertama, menjadikan bacaan istighfar menjadi bacaan yang melekat dalam lisan kita. Dalam setiap kesempatan dan kondisi apapun selalu beristighfar. Niscaya Allah akan memudahkan segala urusan dan Allah tampakkan keajaiban dalam hidup kita.
Kedua, istighfar merupakan bukti pertobatan kita kepada Allah. Pengakuan terhadap segala kekhilafan yang pernah dilakukan. Permohonan ampun atas segala kesalahan. Dan Allah senang jika hambanya bersimpuh bertobat atas semua dosa.
Imam Ahmad kemudian berkata, "Ternyata kekuatan istighfarmu mampu menggerakanku untuk pergi ke kota ini."
Dari kisah diatas, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil. Pertama, menjadikan bacaan istighfar menjadi bacaan yang melekat dalam lisan kita. Dalam setiap kesempatan dan kondisi apapun selalu beristighfar. Niscaya Allah akan memudahkan segala urusan dan Allah tampakkan keajaiban dalam hidup kita.
Kedua, istighfar merupakan bukti pertobatan kita kepada Allah. Pengakuan terhadap segala kekhilafan yang pernah dilakukan. Permohonan ampun atas segala kesalahan. Dan Allah senang jika hambanya bersimpuh bertobat atas semua dosa.
Bukankah kita disuruh oleh Allah untuk sesegera mungkin bertobat.
Ketiga, dengan sering beristighfar, paling tidak, untuk beberapa saat lisan kita terhindar dan berhenti mengucapkan sesuatu yan tidak baik. Terkadang lisan kita terlalu banyak bicara. Kata-kata yang tidak perlu dan tidak bermanfaat begitu mudahnya keluar dari mulut kita. Maka, itu akan terhenti saat kita beristighfar dan berdzikir.
Astaghfirullah al-'adhim. Astaghfirullah al-'adhim. Astaghfirullah al-'adhim.
"Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."
# catatan abwah
Ketiga, dengan sering beristighfar, paling tidak, untuk beberapa saat lisan kita terhindar dan berhenti mengucapkan sesuatu yan tidak baik. Terkadang lisan kita terlalu banyak bicara. Kata-kata yang tidak perlu dan tidak bermanfaat begitu mudahnya keluar dari mulut kita. Maka, itu akan terhenti saat kita beristighfar dan berdzikir.
Astaghfirullah al-'adhim. Astaghfirullah al-'adhim. Astaghfirullah al-'adhim.
"Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."
# catatan abwah
Astaghfirullah
BalasHapus