KETERGESA-GESAAN
Pandangan Imam Hatim Al-Asham tentang Ketergesa-gesaan yang dibenarkan
Dalam kehidupan modern yang serba cepat, manusia sering terjebak dalam pola hidup yang tergesa-gesa. Hampir setiap aktivitas menuntut penyelesaian instan, bekerja ingin hasilnya cepat, belajar ingin cepat pandai, makan ingin segera dinikmati, sehingga ketenangan dan kehati-hatian sering terabaikan. Padahal sesungguhnya kunci kenikmatan sesuatu adalah dalam prosesnya.
Dalam tradisi Islam, para ulama telah memberikan perhatian besar terhadap bahaya ketergesa-gesaan. Ketergesa-gesaan sesungguhnya wujud dari ketidaksabaran, ia mengabaikan proses dan prosedur. Proses yang seharusnya dilalui dan dinikmati kemudian dilewati. Kuantitas lebih dipentingkan dari pada kualitas.
Begitupun dalam kehidupan sehari-hari, ketergesa-gesaan adalah sesuatu yang harus dihindari. Aktifitas kehidupan yang kita jalankan haruslah dikerjakan dengan tenang dan mengikuti pola yang semestinya dilakukan. Memperhatikan tahapan-tahapan yang harus dilalui, sehingga menghasilkan sesuatu yang baik dan maksimal.
Namun demikian, untuk hal dan situasi tertentu justru para ulama mengharuskan untuk dilakukan segera alias harus tergesa-gesa.
Diantara tokoh yang memberikan
pandangan mendalam mengenai ketergesa-gesaan adalah Imam Hatim al-Asham, Beliau adalah seorang
sufi terkenal pada abad ke-2 Hijriah yang terkenal dengan kebijaksanaan dan ketajaman
spiritualnya.
Imam Hatim al-Asham pernah menyampaikan sebuah hikmah yang kemudian menjadi rujukan banyak ulama, “Ketergesa-gesaan berasal dari setan, kecuali dalam lima hal.”
Pernyataan ini menunjukkan bahwa secara
umum, ketergesa-gesaan merupakan sifat tercela karena sering menuntun manusia
pada keputusan yang salah, tindakan yang tidak matang, sehingga melahirkan penyesalan di
kemudian hari. Ketidaksabaran seseorang membuka celah bagi setan untuk mempengaruhi
emosi, memperkeruh pikiran, dan melemahkan pertimbangan akalnya.
Namun demikian, Imam Hatim al-Asham menegaskan bahwa terdapat beberapa situasi tertentu di mana kita harus bersegera dalam bertindak dan justru merupakan bentuk kebaikan. Artinya dalam hal-hal ini, ketergesa-gesaan bukan
hanya dibolehkan, tetapi justru dianjurkan berdasarkan ajaran Islam.
Ada lima hal yang dianjurkan untuk dipercepat (tergesa-gesa) dalam pandangan Imam Hatim al-Asham.
1. Menyajikan Makanan kepada Tamu
Memuliakan tamu merupakan bagian dari akhlak mulia seorang muslim. Menghormati tamu juga menjadi satu indikator keberimanan seorang mukmin.
Rasulullah pernah bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka muliakanlah tamunya."
Menunda pelayanan kepada tamu yang datang ke rumah kita dapat menunjukkan
kurangnya perhatian dan mengurangi nilai penghormatan. Oleh karena itu, seorang muslim yang baik menyegerakan menyambut dan melayani tamu dengan pelayanan yang baik.
2.
Mengurus Jenazah
Islam mengajarkan agar pengurusan
jenazah dilakukan secepat mungkin. Penundaan tanpa alasan yang jelas tidak
dianjurkan, sebab mempercepat proses tersebut merupakan bentuk penghormatan
kepada almarhum dan membantu keluarga yang ditinggalkan menghadapi masa berduka
dengan lebih ringan.
3.
Menikahkan Anak Perempuan Jika Sudah Ada Calon yang Baik
Apabila seorang anak perempuan telah
memiliki calon yang baik akhlak dan agamanya, penundaan pernikahan tanpa alasan
kuat dapat menimbulkan fitnah dan kesulitan. Islam mendorong kemudahan dan
menjaga kehormatan keluarga, sehingga bersegera dalam urusan ini menjadi sebuah
kebaikan.
4.
Melunasi Hutang Ketika Telah Jatuh Tempo
Hutang merupakan amanah. Menunda
pembayarannya dapat merusak hubungan sosial dan menimbulkan dosa. Karena itu,
apabila seseorang memiliki kemampuan untuk melunasi hutang yang sudah jatuh tempo, ia harus segera melunasinya.
Pada sisi yang lain, bagi orang yang memberikan hutang agar memberikan kelonggaran jika yang berhutang belum mampu untuk membayar.
5.
Bersegera dalam Bertaubat
Taubat adalah pintu rahmat yang
selalu terbuka. Menunda taubat setelah melakukan dosa hanya akan memperkeras
hati dan memberikan ruang bagi setan untuk menghiasinya dengan kemaksiatan. Oleh sebab itu,
bersegera memohon ampunan Allah merupakan bentuk kesadaran spiritual yang
sangat ditekankan dalam Islam.
Urgensi menyegerakan taubat adalah karena kita tidak tahu jatah usia hidup kita. Sehingga selagi Allah SWT masih memberi kesempatan, maka segera minta ampun adalah jalan satu-satunya.
Semoga nasihat Imam Hatim ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua agar bisa menjalani hidup lebih baik.
#catatanabwah

Komentar
Posting Komentar