KESENANGAN MATERIAL DAN KEBAHAGIAAN SPIRITUAL
Hidup senang tentulah menjadi keinginan setiap orang. Kebutuhan dan keinginan yang terpenuhi menjadi sesuatu yang didambakan oleh siapapun. Materi atau harta benda menjadi tolok ukur tercapainya pemenuhan kebutuhan seseorang.
Lebih luas lagi adalah hal-hal duniawi. Selain harta dan benda, manusia juga merasa senang dengan meraih pangkat dan jabatan, status sosial dan lainnya.
Sesungguhnya ada kesenangan dan kebahagiaan lainnya, yaitu kebahagiaan yang bersifat spiritual. Kebahagiaan ini merupakan kebahagiaan seseorang yang terkait dengan terpenuhinya kebutuhan spiritual. Saat orang beriman mampu menjalankan perintah Tuhannya ia bahagia. Saat ia mampu menolong orang lain ia bahagia. Inilah kebahagiaan spiritual.
Bagi sebagian orang yang sudah bisa menyelami makna hidup, ruhani yang terpenuhi "nutrisinya" menjadi kebahagiaan tersendiri. Bahkan hal-hal material tidak lagi menjadi faktor penting dalam meraih kebahagiaan.
Ada praktik gaya hidup semacam ini yang disebut dengan hidup ASKETIS. Dikutip dari wikipedia.com, asketisme adalah gaya hidup yang bercirikan laku berpantang kenikmatan indria demi mewujudkan maksud-maksud rohani.
Ada juga yang mendefinisikan asketisme sebagai ajaran-ajaran yang menganjurkan pada umatnya untuk menanamkan nilai-nilai agama dan kepercayaan kepada Tuhan, dengan jalan melakukan latihan-latihan dan praktek-praktek rohaniah dengan cara mengendalikan tubuh dan jiwa.
Berlawanan dengan asketisme, ada sebuah gaya hidup lain yang disebut dengan HEDONISME. Hedonisme adalah satu sikap dan gaya hidup yang mengedepankan pemuasan keinginan dan kesenangan material.
Dikutip dari wikipedia.com, Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.
Hedonisme dapat diartikan juga kebalikan dari sifat hidup seadanya atau sederhana.
Dalam tradisi Islam, pembahasan asketik bersumber pada konsep zuhud yang lahir dari tradisi tasawuf. Dalam perjalanan spiritual, zuhud merupakan langkah awal bagi orang-orang yang berjuang untuk mendapatkan kesempurnaan dan berma'ifat kepada Allah Swt.
Zuhud itu berarti tidak merasa bangga atas kemewahan dunia yang telah mereka miliki dan tidak merasa sedih karena kehilangan kemewahan dari dirinya.
Dalam beberapa ayat Alqur'an juga ditemukan penjelasan yang menggambarkan betapa kehidupan dunia ini hanyalah sementara. Misalnya, ditemukan dalam QS. Al-An'am ayat 32.
“Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu mengerti ?”
Juga dalam QS. Adh-Dhuha ayat 4, "dan yang kemudian itu lebih baik daripada yang permulaan." Para ulama jumhur menafsirkan ayat ini dengan menyatakan bahwa akhirat itu lebih baik daripada dunia.
Berikut adalah ciri-ciri orang yang zuhud atau disebut dengan zahid.
1. Menganggap kesenangan dunia itu sementara sedangkan akhirat lebih baik dan lebih kekal
2. Dunia adalah kendaraan menuju akhirat
3. Melepaskan diri dari ketergantungan kepada makhluk
4. Kebahagiaan itu bukan materi tapi spiritualitas
5. Harta dan jabatan itu amanah untuk kemanfaatan diri dan orang banyak
6. Hemat, sederhana, menghindari kemewahan yang bisa menggoda
7. Menjaga anggota tubuh dari segala sesuatu yang menjauhkan diri dari Allah
Idealnya kita mampu mewujudkan hidup zuhud, namun ini bukan hal yang mudah. Tapi, kita tetap berusaha untuk sedikit-sedikit mencobanya dalam batas kemampuan yang kita bisa lakukan.
Jangan menunggu sempurna dalam melaksanakan kebaikan. Karena ini memerlukan latihan atau riyadhoh.
Insya Allah, sedikit demi sedikit pula kita akan meraih ketenangan dalam hidup.
#catatan_abwah
Komentar
Posting Komentar