Empat tipe manusia.
Empat tipe manusia menurut Imam Ghazali terkait dengan kesadaran dalam belajar atau menuntut ilmu.
Tiga masalah utama manusia yang sering muncul dalam kehidupan, yaitu kemiskinan, keamanan dan kebodohan.
Problem pertama dan kedua biasanya lebih mudah dicarikan solusinya dibandingkan dengan masalah ketiga.
Mengapa hal ini terjadi? Ini dikarenakan pada problem pertama dan kedua, manusia biasanya menyadari persoalan yang dihadapinya. Saat ia dalam keadaan miskin, manusia menyadarinya, sehingga ia berusaha keras mencari penyelesaiannya dengan bekerja keras mencari materi untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Saat manusia dalam keadaan tidak aman, ia menyadarinya sehingga berusaha mati-matian untuk menemukan jalan keluarnya. Berunding misalnya, atau mungkin mempersenjatai diri untuk bertahan dari serangan musuh.
Namun, saat persoalannya masalah kebodohan atau kurang ilmu, banyak manusia tidak menyadari akan ketidaktahuan dan kebodohannya. Inilah yang menjadi problemnya, sehingga manusia tidak berusaha mencari ilmu pengetahuan untuk menjawab kebodohan tersebut.
Menurut Imam Ghazali, manusia terbagi menjadi empat golongan dalam hal ilmu.
Pertama, Rojulun yadri wa yadri annahu yadri (Seseorang yang Tahu (berilmu), dan dia Tahu kalau dirinya Tahu).
Tanpa bermaksud menghujat yang lain, manusia jenis atau golongan ini merupakan golongan manusia yang paling baik. Sebab, orang yang tahu bahwa dirinya mengetahui merupakan perilaku orang pintar, memiliki kemapanan ilmu. Dan dia mengetahui bahwa ilmu yang didapat harus benar-benar dimanfaatkan untuk umat. Contoh golongan ini adalah para ulama dan para kyai. Seorang ulama adalah orang yang memiliki kedalaman pengetahuan (ilmu) dan ilmu ini benar-benar menjadikannya dekat dan takut kepada Allah serta mengajarkan kebaikan, menentang permusuhan.
Terhadap golongan pertama ini, kita harus mengikuti, menghormati,dan meneladaninya dalam kehidupan.
Kedua, Rojulun yadri wa yaa yadri annahu yadri (Seseorang yang Tahu (berilmu), tapi dia Tidak Tahu kalau dirinya Tahu).
Golongan kedua ini sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat. Bahwa orang ini sebenarnya memiliki potensi atau kemapanan ilmu, akan tetapi tidak menyadari atau mengoptimalkannya untuk keperluan umat. Sehingga, orang pada golongan ini dianalogikan bak “macan tidur”.
Ketiga, Rojulun laa yadri wa yadri annahu laa yadri (orang yang tidak tahu dan mengetahui bahwa ia tidak tahu).
Secara singkat dan sederhana, golongan manusia ketiga ini adalah mereka yang sedang dalam proses mencari ilmu. Artinya, mencari ilmu orang disini lebih kepada berangkat dari sesuatu yang tidak diketahui akan tetapi ia berusaha keras untuk mengetahuinya. Jenis manusia ini masih tergolong baik. Sebab, ia menyadari kekurangannnya. Jadi, golongan ini bisa dikatakan belum memiliki kapasitas ilmu yang memadai, akan tetapi dia tahu dan menyadari fakta tersebut sehingga ia berusaha keras untuk terus belajar.
Keempat, Rojulun laa yadri wa laa yadri annahu laa yadri (orang yang tidak tahu dan tidak mengetahui bahwa ia tidak tahu).
Jenis manusia keempat ini paling buruk, jika tidak mau menggunakan kata “bodoh”. Celakanya, model manusia seperti ini susah diingatkan, ngeyelan, selalu merasa tahu, merasa berilmu, berhak menjawab semua persoalan, padahal ia tidak mengetahui apa-apa. Sehingga, kita dapat mengatakan kepada manusia golongan terakhir ini bahwa apa yang ia ucapkan lebih banyak menyesatkan karena tidak memiliki landasan keilmuan yang jelas.
Semoga kita bisa menjadi manusia yang tahu bahwa dirinya tahu. Atau paling tidak menjadi manusia yang tahu dirinya tidak tahu sehingga ia terus belajar menuntut ilmu.
#catatan_abwah
Komentar
Posting Komentar