FILOSOFI TULISAN MIRING DAN GARIS LURUS
Seperti biasa, seorang guru mengajukan pertanyaan kepada siswa di kelas sebagai pretes (pertanyaan awal) dari materi yang akan disampaikan.
Sang guru menyuruh kepada salah seorang siswa untuk menuliskan jawabannya di papan tulis. Karena belum terbiasa menulis di papan tulis, hasilnya adalah tulisan siswa tersebut miring, tepatnya menanjak keatas.
Pak guru kemudian bertanya, "anak-anakku, kalian lihat tulisan di papan ini, apakah lurus atau miring nanjak ke atas?"
Para siswa kemudian menjawab, "sedikit miring pa...." Ada juga yang menganggapnya lurus.
Kemudian Pak guru membuat garis lurus dibawah tulisan tersebut. Hasilnya adalah semakin jelas kemiringan tulisan siswa tersebut.
Pak guru kembali bertanya, "Sekarang kalian perhatikan lagi, apakah tulisan teman kalian itu masih luru?"
Para siswa kompak menjawab, "semakin miring pa...."
Selanjutnya Pak guru menjelaskan, "anak-anaku, tulisan teman kalian tadi nampak lurus saat belum diberi garis bawah lurus, walaupun sebenarnya miring keatas. Itu terjadi karena belum ada yang yang meluruskan."
"Belum ada pembanding sehingga seolah-olah tulisan teman kalian tadi lurus. Namun ketika ada pembandingnya, baru ketahuan bahwa tulisan itu sesungguhnya miring."
Pelajaran hidup dari cerita tersebut adalah, terkadang kita merasa apa yang kita lakukan sudah benar. Apalagi sudah menjadi tradisi dan kebiasaan masyarakat atau sudah menjadi kebiasaan umum.
Namun, ketika kita melihat keluar, kepada orang lain yang lebih sholih, yang lebih baik, lebih berilmu, barulah kita sadar bahwa selama ini kita keliru atau masih kurang tepat dalam berperilaku dalam hidup. Artinya kita harus mencari teman yang sholih yang bisa menjadi cermin kebaikan bagi kita.
Maka carilah teman yang baik yang mau mengingatkan saat kita melakukan kesalahan. Bukan teman yang hanya mengiyakan karena ia diuntungkan.
Sahabat sejati bukanlah yang selalu membenarkan perkataanmu, tetapi yang selalu berkata kebenaran padamu
Sahabat yang tulus adalah ia yang selalu menasehatimu demi kebaikanmu, bukan dia yang tulus memuji untuk sesuatu yang tidak terpuji.
Sahabat sejati adalah sahabat yang tidak mencelakakan dirimu baik di dunia maupun di akhirat.
# catatan abwah
Komentar
Posting Komentar