Pada dasarnya manusia adalah budak atau hamba kebaikan. Dalam bahasa Arab dikenal dengan ungkapan "al Insan abdul ihsan". Ungkapan ini konon pertama kali disampaikan oleh Ali Bin Abi Thalib, salah seorang sahabat khulafa rasyidin.
Kalau kita cermati, ungkapan tersebut benar adanya. Seseorang yang diberi kebaikan, maka dia akan berusaha membalas kebaikan tersebut. Dengan balasan yang sama atau sekedar loyalitas, ia berusaha sekuat tenaga untuk membelanya dalam rangka menunjukan rasa terima kasih atas kebaikan yang pernah diterima.Dalam epos Mahabaratha yang berasal dari India diceritakan bahwa Karna lebih membela Kurawa dan memusuhi Pandawa dalam perang Barathayudha di Padang Kurusetra. Padahal sesungguhnya Karna atau juga dikenal dengan sebutan Raja Angga adalah saudara tua dari Pandawa.
Karna adalah anak dari Dewi Kunti yang juga adalah ibu dari Pandawa. Bedanya adalah ayah mereka. Karna berayah Batara Surya, sedangkan Pandawa berayah Raja Pandu, raja Kerajaan Hastinapura.
Setelah terlahir, Karna tidak diasuh oleh Dewi Kunti, tetapi oleh seorang istri kusir kereta kerajaan yang bernama Radha. Dewi Kunti melarung bayi Karna di Sungai Gangga yang kemudian ditemukan oleh Radha.
Dewi Kunti melakukan perbuatan ini adalah karena ia merasa malu, masa, seorang putri raja melahirkan bayi saat ia belum menikah. Untuk itulah ia membuang bayi Karna.
Pertanyaannya adalah mengapa Karna lebih membela Kurawa sampai rela mengorbankan nyawanya? Ternyata ini adalah dalam rangka balas budi atas kebaikan Kurawa kepadanya.
Dalam sebuah sayembara memanah yang hanya boleh diikuti oleh para pangeran, Kurawa memberikan hak keikutsertaannya kepada Karna.
Sebagai anak seorang kusir, tentulah Karna tidak diperkenankan mengikutinya. Ditambah lagi banyaknya orang yang mengolok-oloknya dengan kalimat, "anak kusir kereta tidak berhak ikut." Ini membuat hatinya sedih sekaligus marah pada diri sendiri.
Duryodhana, pangeran tertua dari Kurawa tahu akan kemampuan yang dimiliki Karna, dan ia ingin mengalahkan Arjuna, sementara kemampuan memanahnya kurang, maka ia memberikan haknya untuk ikut pertandingan kepada Karna.
Perlakuan yang baik inilah yang membekas dalam jiwa Raja Angga. Ia bersumpah akan membalas kebaikan Kurawa dengan jiwa dan raganya.
Karna merasa berhutang budi. Apapun akan dilakukan demi membela Kurawa walaupun harus bertaruh nyawa dan berperang dengan saudaranya. Ini dibuktikannya dalam perang Barathayudha. Sampai akhirnya Karna meninggal dalam barisan para Kurawa.
Cerita ini memberi pelajaran tentang besarnya pengaruh kebaikan yang diterima seseorang. Siapapun ia, maka ia selalu berusaha berlaku baik kepada orang yang memperlakukannya dengan baik saat yang lain membencinya.
Egoisme yang ada pada diri kita terkadang menjadikan kita menuntut orang lain lebih dahulu baik perlakuannya kepada kita. Baru kemudian kita balas dengan kebaikan. Level kita baru sebatas merespon kebaikan dengan kebaikan.
Level yang hebat adalah ketika kita menginisiasi kebaikan kepada orang lain, tanpa melihat terlebih dahulu perlakuan orang tersebut kepada kita. Dan tidak berharap orang lain membalasnya.
Secara alamiah, dengan rumus Sahabat Ali Bin Abi Thalib tadi, al insan abdul ihsan, manusia adalah hamba kebaikan, pastilah orang lain akan merespon kebaikan dengan kebaikan pula.
Jadi, marilah kita berbuat yang terbaik. Terus berbuat dan lanjut berbuat yang baik. Niscaya respon kebaikan akan didapat. Jikapun tidak, kita sudah berusaha mentaati perintah Allah agar berbuat baik kepada sesama.
Selamat menikmati hari ke-empat bulan terakhir di tahun penyelenggaraan Piala Dunia di Qatar
# catatan abwah
Duryodhana, pangeran tertua dari Kurawa tahu akan kemampuan yang dimiliki Karna, dan ia ingin mengalahkan Arjuna, sementara kemampuan memanahnya kurang, maka ia memberikan haknya untuk ikut pertandingan kepada Karna.
Perlakuan yang baik inilah yang membekas dalam jiwa Raja Angga. Ia bersumpah akan membalas kebaikan Kurawa dengan jiwa dan raganya.
Karna merasa berhutang budi. Apapun akan dilakukan demi membela Kurawa walaupun harus bertaruh nyawa dan berperang dengan saudaranya. Ini dibuktikannya dalam perang Barathayudha. Sampai akhirnya Karna meninggal dalam barisan para Kurawa.
Cerita ini memberi pelajaran tentang besarnya pengaruh kebaikan yang diterima seseorang. Siapapun ia, maka ia selalu berusaha berlaku baik kepada orang yang memperlakukannya dengan baik saat yang lain membencinya.
Egoisme yang ada pada diri kita terkadang menjadikan kita menuntut orang lain lebih dahulu baik perlakuannya kepada kita. Baru kemudian kita balas dengan kebaikan. Level kita baru sebatas merespon kebaikan dengan kebaikan.
Level yang hebat adalah ketika kita menginisiasi kebaikan kepada orang lain, tanpa melihat terlebih dahulu perlakuan orang tersebut kepada kita. Dan tidak berharap orang lain membalasnya.
Secara alamiah, dengan rumus Sahabat Ali Bin Abi Thalib tadi, al insan abdul ihsan, manusia adalah hamba kebaikan, pastilah orang lain akan merespon kebaikan dengan kebaikan pula.
Jadi, marilah kita berbuat yang terbaik. Terus berbuat dan lanjut berbuat yang baik. Niscaya respon kebaikan akan didapat. Jikapun tidak, kita sudah berusaha mentaati perintah Allah agar berbuat baik kepada sesama.
Selamat menikmati hari ke-empat bulan terakhir di tahun penyelenggaraan Piala Dunia di Qatar
# catatan abwah
Luar biasaPak Ustadz
BalasHapusAlhamdulillah...pa Abwah, insfiratif banget...
BalasHapus