DEWA RUCI
PELAJARAN DARI "DEWA RUCI"
Cerita Dewa Ruci dibuat oleh Sunan Kalijaga dan disisipkan dalam kisah Mahabharata. Dalam versi India tidak ditemukan cerita Dewa Ruci ini. Inilah kehebatan para wali jaman dulu dalam berdakwah. Dengan cara yang cerdas memasukkan nilai kebenaran melalui media tradisi masyarakat yang ada ketika itu.
Orang-orang ketika itu tidak merasa digurui dan "dipaksa" untuk masuk Islam, namun secara perlahan dan tidak sadar mereka telah menjalankan nilai keislaman sebagaimana yang diinginkan oleh para ulama dan para wali.
Cerita Dewa Ruci ini mengisahkan tentang perjalanan spiritual Werkudoro atau dikenal pula dengan nama Bima, anak kedua dalam Pandawa, yang mencari air kehidupan (tirto perwitosari) atas perintah gurunya, yaitu guru atau pandito Durna.
Peristiwa ini terjadi ketika sedang panas-panasnya pertikaian antara Pandawa dan Kurawa menjelang pecahnya perang Bharatayudha.
Guru Durna yang berpihak pada Kurawa mendapat pesan dari Kurawa untuk melemahkan kekuatan Pandawa. Maka muncullah ide untuk membunuh Werkudoro. Werkudoro dipilih untuk dibunuh karena ia merupakan Pandawa yang dianggap memiliki kekuatan atau kesaktian paling tinggi dibanding Pandawa lainnya. Kurawa merasa akan memenangkan perang barathayudha jika mampu melenyapkan Werkudoro.
Sebagai seorang murid, Werkudoro mengikuti semua perintah guru atau mursyidnya (istilah dalam tarekat). Oleh saudara-saudaranya ia diingatkan bahwa itu semua hanyalah tipu daya guru Durna yang ingin membunuhnya atas keinginan Kurawa. Namun Werkudoro tetap menuruti perintah guru mursyidnya sebagai bentuk kepatuhan kepada guru.
Ia memulai pencariannya dengan pergi ke gua gondomono di gunung reksomuko. Disana ia dihadang oleh dua raksasa, rukmoko dan rukmokolo. Terjadilah pertarungan yang sengit, dan Werkudoro berhasil mengalahkan dua raksasa rukmuko dan rukmokolo tersebut.
Sesampainya di gunung itu, Werkudoro tidak mendapati air suci tirto perwitasari. Werkudoro ditemui oleh dewa dan disuruh kembali ke guru Durno.
Saat kembali ke Astina menghadap guru Durna, Bima mengatakan bahwa ia tidak mendapatkan air kehidupan perwitasari. Guru Durna berdalih bahwa ia sedang menguji kesaktian Bima.
Selanjutnya Werkudoro disuruh ke tengah samudra, tepatnya didasar samudera. Sebelum sampai didasar ia dihadang ular naga yang bernama amburnowo. Terjadilah pertempuran dahsyat antara ular naga dengan Bima. Berkat kesaktian dan ketulusannya, Bima berhasil mengalahkan ular naga amburnowo.
Sesampainya didasar samudera, ia bertemu sosok kecil menyerupai dirinya yang bernama Dewa Ruci. Oleh sosok kecil tersebut, Ia disuruh masuk dalam diri Dewa Ruci melalui telinga. Dewa Ruci bilang bahwa air perwitosari itu tidak ada diluar dan hanya ada dalam dirinya. Awalnya Bima ragu, bagaimana bisa tubuhnya yang sebesar itu bisa masuk dalam tubuh Dewa Ruci yang sekecil itu. Namun Dewa Ruci terus menyemangati untuk masuk dalam dirinya, sampai akhirnya berhasil masuk.
Setelah masuk dalam diri Dewa Ruci ia mendapatkan banyak pelajaran kehidupan.
Sesungguhnya air perwitasari adalah simbol hakikat kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah. Air perwitasari ada dalam diri setiap manusia. Maka, barang siapa yang bisa memahami hakikat dirinya, maka ia memahami hakikat hubungan dengan Tuhan. Man 'arafa nafsahu faqad 'arafa rabbahu. Dewa Ruci yang wujudnya menyerupai Bima, merupakan simbol agar kita berusaha memahami diri sendiri.
Untuk mendapatkan air perwitasari ini perlu perjuangan. Perlu ketahanan diri untuk melawan hawa nafsu. Baik yang berasal dari dalam diri maupun yang berasal dari luar dirinya.
Setelah bertemu guru sejati (Dewa Ruci) barulah ia menjadi orang Waskito (bijaksana yang dalam, punya penglihatan batin karena batinnya jernih) dan terbimbing oleh guru sejati.
Pelajaran dari kisah Dewa Ruci ini adalah...
1. jadilah murid yang patuh pada gurunya, sebab ini akan mendatangkan keberkahan. Terbukti, dengan ketulusan dan kepatuhan untuk mentaati guru, Bima mendapatkan perlindungan dalam hidupnya.
2. hakikat kehidupan atau makna kehidupan yang sesungguhnya ada dalam diri setiap orang. Ia harus berjuang untuk mendapatkannya dengan berbuat baik dan ibadah kepada Allah.
3. dalam perjalanan dan perjuangan hidup kita mestilah menghadapi berbagai halangan dan rintangan. Namun itu semua harus dilawan tanpa kenal putus asademi memperoleh hakikat dan makna hidup yang sejati.
Komentar
Posting Komentar