Merasa Cukup
Untuk meraih hidup yang bahagia, kuncinya adalah merasa cukup (qona'ah) dengan apapun yang diberikan oleh Allah SWT.
Ketidakmenerimaan kita terhadap apa yang Allah berikan akan menimbulkan dampak negatif terhadap jiwa. Ia tidak tenang dalam hidup, selalu gelisah, selalu merasa kurang dengan apa yang dimiliki sehingga ia merasa tidak nyaman.
Situasi ini semakin menjadi jika menyangkut dengan masalah harta atau materi. Orang bijak berkata, kepemilikan harta dan materi itu ibarat minum air laut, semakin diminum semakin terasa haus.
Begitulah harta benda dan dunia pada umumnya. Orang tidak merasa puas walaupun sudah memiliki segunung emas. Sehingga ia ingin memiliki dua gunung emas. Ia sudah menduduki jabatan tinggi, ia masih membayangkan menduduki jabatan yang lebih tinggi dan seterusnya.
Maka, yang mampu menghentikan segala keinginan tersebut adalah sebongkah tanah yang disumpalkan di mulutnya dalam liang kubur. Saat ia meninggal barulah berhenti menginginkan dunia dan segala isinya.
Disinilah urgensi sikap qona'ah, merasa cukup dengan apapun yang diberikan Allah SWT. Qona'ah akan menjadi rem saat keinginan-keinginan terhadap dunia itu bermunculan.
Orang yang qona'ah merasa cukup dan selalu menerima pemberian rizki dari Allah. Apapun dan seberapapun pemberian tersebut. Ia akan bersyukur dan menerimanya.
Sejalan dengan sikap qona'ah ini, ada paham yang dikenal dengan gaya berpikir MINIMALIS. Gaya ini memiliki parameter yang mementingkan GUNA dibanding GENGSI dan GAYA. Artinya ia lebih mementingkan fungsi daripada berbagai aksesorisnya. Ia mengabaikan gengsi dan gaya.
Berikut adalah beberapa tips gaya berpikir minimalis dalam berinteraksi dengan materi.
1. Kenali GUNA barang yang dimiliki dan abaikan GENGSI. Jika membutuhkan sebuah barang, maka ia mencari barang yang fungsinya sesuai dengan kebutuhan. Masalah model, gaya dan gengsi tidak ia pedulikan.
Jika HP yang model lama masih bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhannya, maka ia tidak tergoda untuk membeli HP keluaran terbaru yang keren dan penuh gengsi karena dipakai para selebrita.
2. Hindari menilai orang (mengafiliasi) dari barang yang dimiliki. Kelebihan dan kekurangan seseorang bukanlah dilihat dari barang yang ia miliki dan ia pakai. Justru dalam masyarakat yang menganut budaya populer seperti saat ini, barang dan aksesoris cenderung menjadi alat kamuflase. Alat untuk menciptakan citra diri agar dinilai lebih. Agar dinilai hebat dan sebagainya.
Maka, penganut gaya minimalis tidak akan terkecoh dalam menilai orang. Bukan tampakan luar yang menjadi perhatiannya, namun karakter dan kompetensi diri yang menjadi fokusnya.
3. Dengan SEDIKIT barang membuat kita makin MERDEKA dan NYAMAN. Semakin banyak barang, benda dan harta tentulah semakin banyak pula hal yang ia pikirkan. Semakin banyak yang ia pikirkan, maka semakin jauh dari kata merdeka.
Maka, dengan sedikit harta benda, ia semakin menjadi orang yang merdeka.
4. Selektif dalam membeli barang, keluar masuk barang yang dimiliki dengan bijak.
5. Menikmati ruang, bahagia jika mampu menikmati ketiadaan barang (kekosongan ruang). Terkait dengan menikmati ruang, ada sebuah kisah menarik. Seseorang datang mengadu kepada Nasrudin Hoja terkait dengan kegelisahan hidup dirinya. Ia merasa sumpek dan selalu merasa diliputi dengan berbagai persoalan yang tidak pernah habisnya.
Beli gas melon di pangkalan
Harga lebih murah lebih aman
Banyaknya materi kadang jadi persoalan
Bikin gelisah dan tidak nyaman
# catatan_abwah
Komentar
Posting Komentar