Lima Obat Hati Yang Sakit
Secara umum para ulama membagi kondisi hati atau qolbu manusia itu dalam tiga kelompok.
Pertama adalah hati yang sehat (qolbun salim). Kedua adalah hati yang sakit (qolbun maridh). Dan yang ketiga adalah hati yang mati (qolbun mayyit).
Pada kesempatan ini penulis mencoba untuk membahas kelompok kedua yaitu hati yang sakit atau qolbun maridh.
Berbicara tentang sakit, maka selama ini kita lebih peduli pada hal-hal yang terkait dengan penyakit fisik (dzahir). Flu, demam, diabetes, kanker dan liver adalah contoh penyakit fisik. Orang rela mengeluarkan biaya yang besar agar penyakit-penyakit fisiknya sembuh.
Sebagai contoh, seseorang harus mengeluarkan biaya ratusan juta rupiah agar penyakit kankernya sembuh. Begitupun penyakit-penyakit fisik lainnya.
Padahal, penyakit yang dialami manusia, khususnya seorang muslim, bukan hanya penyakit dzahir atau fisik saja, tetapi ada jenis penyakit yang kedua yaitu penyakit batin.
Secara sederhana kita bisa mendefinisikan penyakit batin sebagai keburukan-keburukan yang dialami oleh batin manusia. Karena tidak kasat mata, maka, manusia sering abai terhadap penyakit ini.
Penyakit batin ini lebih sederhana sering dikenal dengan penyakit hati. Inilah qolbun maridh.
Beberapa contoh penyakit hati adalah:
1. Riya (Pamer)
2. Hasad (Iri Dengki)
3. Takabur (Sombong)
4. Ujub (Merasa Soleh)
5. Ghadab (arah)
6. Ghibah (Bergunjing)
7. Su'udhon (buruk sangka)
| Lima obat hati |
Abu Ishak Ibrahim bin Ahmad Al-Khawash memberikan tips kepada kita untuk mengobati hati yang sakit. Menurut Beliau ada lima obat hati.
(1) membaca Al-Quran disertai perenungan maknanya
Orang beriman yang senantiasa membaca Al-Qur'an akan menghasilkan pengaruh batiniah yang luar biasa. Ketenangan hati mestilah ia peroleh dengan mengistiqomahkan membaca Al-Qur'an.
Pengaruh ketenangan batin ini akan semakin terasa jika ia mampu memahami dan menghayati makna yang terkandung di dalamnya.
"Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (QS. Al-Isra 82)
Jadi, jika kita ingin terbebas dari penyakit hati, rajin-rajinlah membaca Al-Qur'an dan merenungkan maknanya serta mengamalkan dalam kehidupan.
(2) mengatur pola makan (puasa)
Puasa yang dilakukan oleh yang beriman akan menjadikannya sebagai orang yang bertaqwa. Keinginannya untuk memenuhi kebutuhan biologis berupa rasa lapar dan haus ia kendalikan.
Jika ini sudah menjadi kebiasaan, maka hidupnya akan terasa dan terlihat lebih tenang. Ia tidak menjadi orang yang rakus, karena ia terbiasa merasakan lapar dalam puasanya. Ia tidak menjadi orang cuek terhadap kaum dhu'afa karena ia terbiasa berempati dengan merasakan rasa haus dan lapar sebagaimana yang dirasakan oleh dhu'afa.
Puasa dengan makna yang lebih luas merupakan bentuk konkret kemampuan seseorang dalam mengendalikan syahwat dan nafsunya. Seluruh anggota panca inderanya dikendalikan. Hanya digunakan untuk sesuatu yang memang Allah SWT. meridhoinya.
(3) bangun malam untuk tahajud
Sholat tahajud merupakan ibadah sholat sunah yang sangat baik. Allah SWT menjanjikan bagi orang yang rajin tahajud dengan MAQAM MAHMUDA, artinya adalah tempat yang mulia.
Orang yang beriman rela mengurangi waktu tidurnya hanya untuk bisa berduaan dengan Tuhannya. Saat yang lain terlelap dari buaian malam yang dingin dan senyap, ia bangun untuk menemui Tuhannya dengan sholat malam.
Ia bermunajat dan berdoa kepada Allah SWT., memohon segala hajat dan kebutuhan hidupnya.
Inilah yang menjadikan ia merasakan ketenangan yang luar biasa. Ia yakin bahwa Allah mencintai hambaNYA. Dan Allah sangat senang ketika ada hambanya yang mengadukan segala persoalan hidupnya.
(4) merendahkan diri di hadapan Allah pada akhir malam (dzikir)
Memperbanyak dzikir di penghujung malam merupakan aktivitas ibadah yang sangat baik dalam rangka memperbaiki hati yang sedang galau gundah gulana.
Ingat kepada Allah SWT melalui bacaan-bacaan dzikir dan kalimat thoyibah lainnya yang disertai dengan kesadaran akan kekuasaan Allah atas makhluknya merupakan pengakuan fundamental seorang hamba.
Seolah ia berkata, "Ya Allah, Engkaulah yang memiliki alam semesta beserta isinya. Engkaulah yang mengatur dan menentukan segala takdir seluruh umat manusia. Sehingga, berikanlah takdir yang terbaik untuk kami."
Ini adalah pengakuan hakiki hamba kepada Tuhannya. Dengan inilah Allah akan melembutkan hati seorang hamba.
(5) bergaul dengan orang-orang saleh.
Menjaga pergaulan. Lebih memilih bergaul dengan orang-orang yang sholih. Inilah cara sederhana agar penyakit-penyakit hati yang ada bisa terobati.
Teman bergaul, atau kata anak sekarang CIRCLE memiliki pengaruh yang kuat. Orang bijak pernah berkata, untuk menilai seseorang, lihatlah dengan siapa ia bergaul dan berteman.
Pertemanan yang sudah terjalin dengan baik biasanya melahirkan rasa simpati dan empati yang tinggi. Ia akan peduli terhadap temannya. Berupaya untuk membantu jika temannya dalam kondisi membutuhkan pertolongan. Ini adalah sisi positifnya.
Pada saat yang bersamaan, teman juga bisa mempengaruhi seseorang. Kecenderungannya adalah ia akan lebih mengikuti apa yang dikatakan dan dilakukan oleh temannya. Ini akan lebih kuat lagi jika diikat dengan hob yang sama.
Begitupun dalam konteks dengan kehidupan beragama. Teman yang sholih yang taat kepada Allah SWT. niscaya memberi dampak terhadap orang yang ditemaninya.
Orang sholih akan memancarkan aura positif terhadap temannya. Seseorang yang kurang taat ibadah misalnya, paling tidak ia akan teringat untuk melaksanakan ibadah saat ia bertemu dengan temannya tersebut.
Selanjutnya, teman yang baik pastilah akan mengingatkan jika temannya melakukan kesalahan dan dosa. Maka, lambat laun, dengan berteman dengan orang yang sholih akan menjadikannya orang sholih juga. Atau paling tidak ia mempunyai rem dan kendali saat hilap dan alpa.
Semoga hati kita yang selama ini kurang sehat menjadi sehat kembali dengan melakukan lima hal diatas.
#catatan_abwah
© Materi pengajian Sabtu pagi 30 September 23 di masjid Ar-Rahman Komplek Pesona Antapani
Komentar
Posting Komentar